Aparat TNI dan Polri saat sedang melakukan pengamanan (foto: Dok/Polri).

INDONESIADAILY.ID – Papua-Membunuh, Membakar, menembaki masyarakat sipil pendatang. Kemudian melakukan update media sosial sebagai kebanggaan, dan menyangkal bahwa korban sipil tersebut merupakan masyarakat tidak bersalah. Hal tersebut kini telah menjadi modus komunikasi Kelompok Separatis Bersenjata di Papua.

Cara-cara tersebut telah terbaca oleh rekan rekan media asli wilayah Papua. “Modus KKB mengancam kios kios pendatang untuk menyerahlan uang 20 juta rupiah per kiosnya” ujar saudari RS yang dirahasiakan identitasnya.

Menengok kembali peristiwa 22 Mei 2020 lalu saat ada tenaga medis Covid19 yang ditembak dan dilabeli intel oleh KKB Papua. Dan hal ini kembali berulang namun menimpa bapa bapa guru di Beoga, Kabupaten Puncak Papua.

Merampok uang dilakukan kepada pendatang karena kini KKB tidak kebagian dana Otonomi Khusus dari pemerintah daerah. Akibat larangan tegas kemendagri kepada kepala daerah yang menyalahgunakan dana Otsus Papua. Kemudian fitnah keji ditujukan pada Mendagri Tito Karnavian yang difitnah akan menghabisi masyarakat asli Papua. Hal ini bertentangan dengan fakta bahwa dana otonomi khusus sangat melimpah hanya untuk membangun Papua.

Kepala Humas Satgas Nemangkawi mempertanyakan dasar dasar fitnah yang disematkan KKB kepada almarhum Bapa Bapa Guru tersebut.

“Buktinya apa Bapa Oktavianus dan Bapa Yonatan intel? Itu semua hanya alasan klasik mereka (KKB) untuk menggiring opini publik supaya aksi teror mereka Dimaklumi.”

Iqbal juga menyatakan bahwa aksi teror dalam bentul apapun tidak dibenarkan apalagi hingga menghilangkan nyawa warga.

“Alm Bapa Oltavianus dan Bapa Yonatan ini hanya guru yang tinggal disini dengan niat mulia mencerdaskan anak anak kabupaten Puncak Papua. Siapapun yang berhatinurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut”. Pungkas Iqbal dengan nada simpati. (ud/ed).

LEAVE A REPLY