Ketua Umum INTANI Guntur Subagja Mahardika

INDONESIADAILY.ID – Membangun sektor pertanian tidak sekadar fokus di budidaya, namun harus pula membenahi rantai pasoknya. Pasalnya pertanian memiliki karakteristik dan penanganan yang khas dibandingkan sektor lainnya.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani), Guntur Subagja Mahardika, saat menjadi pembicara utama (keynote speaker) di Webinar Inspirasi Bisnis ke-33 bertajuk “Sukses Saudagar Pertanian Dari Tanah Karo”, Rabu (28/7/2021).

Ditegaskan Guntur, rantai pasok pertanian harus dikuasai oleh masyarakat, agar sektor pertanian benar-benar menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan, termasuk faktor includenya yaitu benih dan pupuk.

“Tanah air kita, Indonesia, memiliki sumber-sumber pemuliaan tanaman dan pupuk yang dilakukan secara tradisional (organik). Itu belum banyak dikembangkan. Kedua adalah di budidaya, dan ketiga di pasca panen,” beber Guntur yang juga selaku Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI.

Diungkap Guntur, seringkali petani setelah menghasilkan produksinya, tetapi tidak memperoleh nilai tambah dari hasil panen. Salah satu penyebabnya lantaran tidak mampu mengendalikan pasar. Tak hanya itu, biaya produksi juga ditentukan orang lain, termasuk benihnya. ini ironis. Ke depan, rantai pasok harus melibatkan petani dan masyarakat.

“Pergudangan juga belum optimal dikembangkan. Dulu tersedia lumbung di tiap pelosok desa. Di era sekarang pengembangannya berupa pergudangan, tempat menyimpan hasil pertanian. Bila petani butuh dana atau uang, bisa menyimpan hasil panennya di gudang-gudang tersebut dengan cara menggadaikan surat resi gudang. Saat ini pola tersebut sudah berjalan di sejumlah daerah, namun belum optimal,” kata Guntur.

Rantai pasok berikutnya yang harus dikembangkan adalah pengolahan. Pasalnya saat ini padi/beras lebih dikuasai oleh pabrikan besar, padahal di desa-desa banyak memiliki rice melling yang bisa dibenahi dan dikembangkan.

“Selanjutnya adalah packaging. Petani jangan hanya menjual produk curah, tapi harus dikemas rapih dan menarik, agar mendapatkan nilai jual yang lebih besar. Rantai pasok lainnya yaitu di pemasaran dan distribusi,” ucap Guntur.

Diakui Guntur, saat ini ada beberapa kebutuhan pangan yang masih bergantung pada komoditas impor, terlebih saat pandemi covid ini, jalur logistik internasional terganggu. Tidak mudah melakukan impor dan ekspor. “Kesulitan ini justru kita jadikan momentum untuk membangkitkan kemandirian perekonomian nasional,” ujarnya.

Dibeberkan Guntur, di awal wabah covid, Maret 2020, sempat muncul kekhawatiran akan kekurangan pangan, dan pemerintah tidak melakukan impor. “Lalu apa yang terjadi, ternyata Indonesia malah surplus pangan, stok beras mencapai 55 juta ton. Itulah bukti kemandirian dari pertanian,” katanya.

Guna memaksimalkan upaya membangun sektor pertanian, Guntur berharap masyarakat tani dan pemerintah mendekatkan rantai pasok industri pertanian, mulai dari hulu hingga hilirnya dalam satu rangkaian.

“Inilah salah satu tujuan Intani, yang setiap hari Rabu menggelar webinar dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat serta pemangku kebijakan. Di webinar ini kita menggali informasi dan berbagi pengalaman, agar menjadi penyemangat dan inspirasi,” demikian Guntur Subagja.(amr/kn)

LEAVE A REPLY