INDONESIADAILY.ID – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI membantu pelaku UMKM bertahan dari dampak pandemi COVID-19 untuk menopang pertumbuhan ekonomian nasional.
Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto mengatakan persentase UMKM yang belum mendapatkan insentif masih tinggi.
“Potensi pembiayaan UMKM di Indonesia masih tinggi, sebanyak 67 persen UMKM belum menerima pembiayaan,” katanya di Jakarta, Minggu (28/2/21).
Menurut Apik, dampak pandemi COVID-19 terhadap para pelaku UMKM di Tanah Air sangat besar. Saat ini, sebanyak 61 persen UMKM masih membutuhkan pendanaan.
Bahkan, tambahnya, ada 27 persen UMKM yang tidak dapat lagi melakukan pembayaran pinjaman dan hanya 5 persen para pengusaha kecil yang bisa membayar bunga atau pokok pinjamannya.
Padahal, peran UMKM terhadap ekonomi nasional terbilang signifikan, mengingat berdasarkan data global findex menunjukan, sebanyak 60,34 persen total PDB nasional berasal dari UMKM.
Maka dari itu, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai salah satu program Pemerintah adalah mendorong peningkatan daya tahan UMKM.
BNI juga memberi perhatian besar terhadap para pelaku UMKM di tanah air yakni berpartisipasi dalam membantu UMKM agar bisa membangkitkan ekonomi nasional.
UMKM berkontribusi besar terhadap perekenomian, pihaknya melihat pembiayaan terhadap sektor UMKM ini masih perlu ditingkatkan kembali.
Oleh karena itu, dia mengungkapkan, BNI telah memiliki sejumlah strategi sebagai salah satu motor penggerak program PEN, terutama dalam meningkatkan daya tahan UMKM di masa pandemi.
Tak hanya itu, BNI juga telah memberikan bantuan subsidi bunga kepada mitra usaha terdampak COVID-19 senilai Rp1,05 triliun kepada 305 ribu debitur.
Kemudian melakukan penjamian kredit sebesar Rp3,034 triliun ke 2.553 debitur.
“UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional dan BNI siap mendampingi UMKM untuk melalui masa sulit ini,” jelasnya.
Adapun sepanjang tahun 2020, BNI berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebanyak Rp22 triliun. (ud/ed).