INDONESIADAILY.ID – Sektor pertanian memiliki tiga manfaat yang besar bagi lingkungan, sosial dan ekomomi seperti yang disampaikan ketua umum Intani, Guntur Subagja dalam pengantarnya pada webinar inspirasi bisnis Intani seri ke 106 yang ditayangkan streaming di TANITV, Rabu (01/02/2023).

“Pertanian sangat mendukung kebijakan pembangunan berkelanjutan yang menjaga lingkungan, kedua memberikan dampak sosial yang tinggi bagi masyarakat dan ketiga manfaat ekonomi berkelanjutan,” terangnya.

Terbukti dengan pencapaian narasumber inspiratif webinar seri ke 106 dari kelompok tani Macakal, di desa Cibodas, Lembang, Kab. Bandung Barat yang berhasil membangun kemitraan petani di 5 kabupaten di Jawa Barat.

“Kami di Macakal memiliki 8 komoditas unggulan termasuk Bayam Jepang atau Horenso, dan total ada 80 komoditas yang dibudidayakan dengan 210 petani mitra di lima kabupaten,” terang Dodi, wakil ketua kelompok tani Macakal.

Kelompok tani Macakal yang dalam bahasa sunda berarti mandiri sudah terbentuk sejak 2010, menurut Dodi sudah ada 3 generasi yang menjadi anggota. “Jadi 80% anggota berusia di bawah 35 tahun dan sudah mulai bergabung untuk generasi ketiga yang berusia 18 – 23 tahun,” jelas petani inspiratif berusia 30 tahun ini.

Dodi menerangkan memilih horenso sebagai salah satu komoditas unggulan untuk dibudidayakan karena memiliki segmen pasar khusus dan bernilai tinggi.

“Saat ini harga horenso 28.000 per kg dan harga pasar terendahnya pernah menyentuh di 15.000 per kg,” ujarnya.

Margin yang diperoleh dari horenso cukup tinggi, Dodi mengatakan bisa mencapai 9.000 hingga 22.000 per kg.

“Setiap hari kami bisa panen 5.000 pohon atau setara 5 kwintal dan itu langsung terserap oleh pasar baik lokal, modern serta restoran & kafe. Selain itu kami juga sedang menjajaki pemasaran online melalui beberapa marketplace” ujarnya.

Dari total 40 hektar lahan yang dikelola kelompok tani Macakal, Doni mengatakan seluas satu hektar untuk budidaya horenso dengan pola tanam bergilir yang dibagi 20 plot sehingga bisa panen setiap hari.

Untuk masa panen horenso 30-35 hari dengan penyemaian selama 2 minggu, menurut Doni perawatannya cukup mudah.

“Pemberian nutrisi tiga kali dan untuk pestisida kami menggunakan pestisida nabati serta penyiraman dua kali sehari. Budidaya horenso kami menggunakan green house untuk meningkatkan kualitas produksi,” jelas Dodi.

Beberapa kendala yang dihadapi Dodi dan kelompok taninya yaitu distribusi pupuk yang tidak merata dan keterbasan lahan. Menurut Doni pembagian stok pupuk sering tidak merata, karena tidak disesuaikan dengan jumlah petani di satu wilayah.

“Selain itu kami juga terkendala pengembangan lahan karena semakin berkurangnya lahan pertanian di Lembang saat ini. Sebagian besar lahan yang kami kelola itu sewa, hanya 20 persen yang lahan pribadi,” terangnya.

Dedy “Miing” Gumelar yang turut hadir pada kegiatan webinar menyampaikan bahwa perlu adanya peran pemerintah untuk mendukung para petani milenial sustain di sektor pertanian.

“Anak-anak muda ini cerdas dalam memilih komoditas yang segmented, memiliki mentalitas, kreatifiktas dan inovasi tinggi tinggal bagaimana peran pemerintah hadir untuk mendukung anak-anak muda ini. Kalau pemerintah hadir, anak-anak ini sudah tidak perlu lagi terkendala urusan lahan maupun pupuk,” terang Dedy.

Selaras dengan itu, Guntur Subagja yang juga ketua CSPS SKSG UI menyampaikan dibutuhkan program pola tanam sehingga antara supply dan demand tetap stabil.

“Jangan sampai horenso ini jatuh harganya seperti komoditi hortikultura lain, setelah petani tahu harganya tinggi lalu ramai-ramai tanam komoditi yang sama. Maka perlu adanya program untuk mengatur pola tanam sehingga tidak over suplai di pasar dan harga jatuh,” terang Guntur.

Hal ini juga menjadi harapan Dodi, agar ada peran nyata dari pemerintah dalam pemerataan stok pupuk serta pengaturan tanam komoditi bagi petani disetiap wilayah.

“Sehingga kami para petani terutama mitra kami yang skala mikro selalu mendapat kepastian atau jaminan harga pasar,” pungkas Dodi.

Webinar dengan tema ‘Peluang Untung Budidaya Horenso’, dipandu oleh Ila Failani, Komite Informasi, Komunikasi, & Kerjasama antar Lembaga Intani ditayangkan daring via zoom dan streaming di TANITV diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia.*

LEAVE A REPLY