Ilustrasi: Masyarakat antusias membeli perhiasan di toko emas (foto: Istimewa).

INDONESIADAILY.ID – Berkah panen raya cabai rawit tak hanya dirasakan petani di Kecamatan Jetis dan Dawarblandong. Sejumlah pemilik toko emas ikut kecipratan rezeki ketika petani berbondong-bondong membeli perhiasan. Tak tanggung-tanggung, serbuan pembeli baru itu mampu mendongkrak penjualan hingga 50 persen.

Dalam beberapa bulan terakhir, petani cabai rawit sedang panen raya. Bulan lalu adalah puncaknya. Rata-rata meraup puluhan juta rupiah dari 10 kali petik cabai rawit. Sebagian besar uang itu dirupakan barang-barang baru. Mulai motor, mobil, hingga perhiasan. ’’Paling banyak memang dibelikan emas,’’ ungkap Sumantri, 48, warga Desa Madureso, Kabupaten Mojokerto dikutip dari Jawapos, Jumat (02/3/21).

Dia mendatangi toko emas di kawasan Pasar Perning, Kecamatan Jetis. Dia membeli gelang emas untuk istrinya seharga Rp 5 juta. Sumantri sudah panen lima kali. Dia memang sengaja memanen cabai dengan kondisi masih hijau atau muda. Cabai muda itu laku Rp 40 ribu per kilogram. Dia sengaja memanennya lebih awal karena harganya tidak berbeda jauh dengan cabai masak yang saat ini hanya laku Rp 50 ribu per kilogram. ’’Sampai sekarang totalnya sudah dapat Rp 10 juta lebih lah,’’ terangnya.

Dia menyatakan, gelang tersebut sengaja dibeli untuk ditabung. Selain itu, supaya hasil tanamannya selama ini bisa berwujud barang berharga. ’’Soalnya nanti bisa dijual lagi kalau misal kurang untuk modal tanam,’’ tambahnya.

Rojas, pemilik toko emas, mengatakan, setidaknya selama tiga bulan terakhir tokonya mengalami peningkatan pembeli. Sebab, petani mulai panen cabai rawit. Mereka biasa membelanjakan hasil panen untuk dibelikan emas. ’’Sebelumnya tidak pernah. Mungkin karena panen tahun ini terbilang berhasil juga kan,’’ ungkapnya.

Dia tak tahu pasti jumlah peningkatan pembeli emas di tokonya. Namun, dari sesaknya pembeli emas yang setiap hari mendatanginya, Rojas memperkirakan peningkatan pengunjung lebih dari 50 persen. ’’Kalau 50 persen, ada. Karena petani yang membeli emas tidak hanya dari wilayah Mojokerto,’’ terangnya.

Selain dari Kecamatan Jetis dan Dawarblandong, menurut dia, banyak petani cabai rawit asal Wringinanom, Kabupaten Gresik, yang datang untuk membeli emas. Menurut dia, perilaku itu merupakan hal biasa. Tidak lama lagi para petani tersebut akan kembali untuk menjual emasnya. ’’Biasanya memang tidak lama jangka waktunya. Karena untuk modal tanam lagi,’’ sebutnya.

Dari Pasuruan dikabarkan, harga cabai rawit yang sempat melambung sejak awal tahun kini mulai turun. Bahkan, harga di pasaran saat ini ”terjun bebas”. Penurunan harga cabai rawit itu terjadi lantaran sekarang memasuki masa panen raya.

Sebelumnya, harga cabai rawit bahkan sampai mengalahkan harga daging sapi. Harga tertinggi sempat menembus Rp 130 ribu. Padahal, harga normalnya Rp 20 ribu–Rp 30 ribu. Sekarang sudah Rp 60 ribu per kilogram. Penurunan harga itu memang begitu drastis. Namun, pedagang bersyukur. Dengan begitu, penjualan mereka bisa lebih lancar.

Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan Edy Trisulo Yudo menyatakan, harga cabai rawit turun karena saat ini memasuki panen raya. Hal itu membuat pasokan di pasaran lebih stabil. ’’Panen raya itu April–Juni perkiraan asosiasi petani saat rapat di pemprov,’’ kata Edy.

Meski harga cabai rawit sekarang sudah berada di angka Rp 60 ribu, pihaknya memperkirakan terus turun. ’’Diperkirakan bisa sampai Rp 40 ribu. Tapi, kalau di bawah itu, besar kemungkinan sudah tidak bisa,’’ ujarnya. (ud/ed).

LEAVE A REPLY