Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA (foto: Dok/Kagama).

INDONESIADAILY.ID – Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA mengatakan, usaha ternak merupakan salah satu produktivitas dan keuntungan pangan.

Hal itu disampaikan Agus dalam acara Webinar Series “Inspirasi Bisnis Intani #27” yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) pada hari Rabu, (09/6/21).

Menurut Agus, ternak umumnya menghabiskan jangka waktu yang relatif panjang. Namun bisa ditempuh dengan waktu jangka pendek bila peternak bisa menyediakan kualitas pakan secara tepat.

“Kualitasnya ketersediaannya jumlahnya yg menentukan usah itu untung atau tidak karna 70% itu hasilnya dari pakan. Faktor penting peternakan adalah pakan,” kata Prof Agus sekaligus pegiat ternak sapi dan ayam itu.

Ia menjelaskan bahwa cara yang efektif di bidang pakan bisa terkoneksi menjadi daging susu tau telur yang menjadi salah satu keuntungan atau mengurangi resiko kegagalan.

“Persoalannya di sini kalau kita bisa efisiensi di bidang pakan yang masuk bisa terkoneksi menjadi daging susu tau telur itu yang menjadi salah satu keuntungan atau mengurangi resiko kegagalan,” jelasnya.

Ia kemudian mencontohkan kondisi indonesia di musim kemarau dimana pakannya hanya jerami-jerami yang tidak mempunyai gizi. Hal itu disebabkan karena hasil utamanya sudah bisa diambil berupa padi dan gabahnya.

“Yang tersisa hanyalah serat dari jerami tersebut yang hanya berguna untuk mengganjal perut. Kalau pakan jelek sapi kurus membuat cara beranaknya akan jelek,” paparnya.

Prof Agus memberikan strategi pakan sapi khususnya sapi betina. Ia menilai siklus sosiologis hewan ternak yang kawin dan juga melahirkan cukup sulit dikelola.

“Jika kita bisa mengelola sapi betina dengan baik dan sistematis maka kita bisa mengelola relatif mudah penggemukan sapi. Kebutuhan sapi terhadap air juga banyak tergantung temperatur sesuai gemuk ataupun tidaknya sapi,” tutur Agus.

Oleh karena itu, ia menekankan bahwa sapi lebih agresif apabila kekurangan minum ketimbang kekurangan makan. Pakan sapi tidak terlalu tinggi proteinnya tapi lebih tinggi energinya, sehingga didalam perut sapi bisa membuat protein melalui pakan.

“Perkembangan tekhnologi pakan sapi berupa fermentasi jerami atau tape jerami, pakan komplit di fermentasi Burger, dan Pakan suplemen,” tandas Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA. (ud/ed).

LEAVE A REPLY