INDONESIADAILY.ID – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menganggap Kabupaten Aceh Timur merupakan daerah yang sangat cocok untuk pengembangan tambak udang. Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan daerah tersebut telah melakukan panen parsial perdana untuk tambak udang model klaster
“Kami siap memberikan support untuk daerah Aceh khususnya, dan daerah potensial lain pada umumnya guna meningkatkan produksi budi daya udang secara berkelanjutan,” kata dalam siaran pers di Jakarta, Senin (1/3/21).
Menurut Slamet, salah satu tambak udang model klaster pada 2020 sebagai program prioritas Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, yang berada di Kabupaten Aceh Timur dan telah ditebar benih pada Desember 2020 lalu, telah melakukan panen perdana pada 24 Februari 2021.
Rata-rata kepadatan benih sekitar 120 ekor per meter persegi telah dilakukan panen parsial pertama pada 9 kolam dan masa pemeliharaan 60 hari dengan total hasil panen 2,2 ton senilai kurang lebih Rp100 juta.
Selain itu, dia mengatakan panen parsial tersebut membuktikan bahwa upaya KKP untuk membuat model tambak udang berkelanjutan yang dapat direplikasi oleh masyarakat pembudi daya, ternyata berhasil.
“Semoga berhasil hingga panen total serta dapat membantu dalam menggenjot nilai ekspor udang sebesar 250 persen pada 2024. Capaian atau keberhasilan ini merupakan usaha keras kami untuk terus meningkatkan produksi subsektor perikanan budi daya nasional,” kata Slamet.
Slamet juga mengingatkan bahwa aktivitas budi daya tambak udang jangan sampai mencemari lingkungan dan udang itu sendiri, sehingga selain nilai ekonomi yang dihasilkan tinggi dan lingkungan sekitar tetap lestari.
Mengenai panen parsial, Slamet menyatakan hal itu bertujuan untuk mengurangi biomassa udang di tambak sehingga memberikan ruang gerak udang semakin luas dan dapat mengurangi produksi limbah, sehingga mengurangi stres pada udang dan juga mempercepat pertumbuhan udang.
Maka dari itu, menurut dia, ke depannya akan dapat meningkatkan produktivitas hasil tambak dan meningkatkan keuntungan.
“Konsep klaster ini memungkinkan pengelolaan yang lebih terkontrol yakni melalui perbaikan tata letak dan penerapan biosecurity secara ketat dengan manajemen pengelolaan yang lebih terintegrasi dalam seluruh tahapan proses produksi. Selain itu, mempermudah dalam manajemen, meningkatkan efisiensi serta dapat meminimalisasikan dampak terhadap lingkungan dan serangan penyakit,” pungkasnya. (ud/ed).